Rabu, 19 Juni 2019

RESUME: Pricing decision and Cost Management


A. Faktor utama yang mempengaruhi Pricing Decision

Manajer menentukan harga suatu produk berdasarkan permintaan dan penawaran di pasar. Apabila jumlah penawaran dan permintaan di pasar berada pada titik yang sama, maka diperoleh jumlah dan harga atas suatu barang.
Tapi, dalam kenyataannya di pasar, kurva permintaan dan penawaran merupakan jumlah dari seluruh pelaku pasar. Seluruh produsen yang terlibat di pasar akan membentuk kurva penawaran, dan seluruh konsumen di pasar akan membentuk kurva permintaan. Dalam Perfectly competitive market, di mana terdapat banyak penjual dan pembeli, rata-rata titik koordinat antara kuantitas dan harga akan berada di dekat titik ekuilibrium.
1. Costumer
    Costumer mempengaruhi harga melalui permintaan mereka terhadap barang atau jasa. Permitaan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kualitas dan fitur-fitur dari produk.
2. Competitors 
    Manajer harus selalu mengikuti atau memperhatikan tindakan yang diambil oleh kompetitornya. Baik dalam hal teknologi, strategi operasi dan pemasaran, dan informasi berharga lainnya dalam menetapkan harga
3. Cost
    Cost mempengaruhi harga melalui penawaran. Semakin kecil biaya produksi dari sebuah produk, semakin besar kuantitas yang ingin diproduksi oleh perusahaan. Manajer yang mengerti biaya dari memproduksi produk akan menentukan harga yang membuat produknya menarik bagi costumer disamping untuk memaksimalkan pendapatannya.
Dalam pasar kompetitif, perusahaan tidak memiliki kontrol dalam menetapkan harga dan harus menerima harga yang ditetapkan oleh pasar. Informasi tersebut hanya dapat membantu manajer dalam menentukan kuantitas yang akan diproduksi untuk memaksimalkan profitnya. 
Dalam pasar yang kurang kompetitif, ketiga faktor diatas mempengaruhi harga dimana produk di pasar bervariasi. 

B. Biaya dan Harga Untuk Jangka Panjang (Long Run)

Long run pricing adalah keputusan strategis yang dirancang untuk membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan berdasarkan harga yang stabil dan dapat diprediksi. Manajer lebih suka harga yang stabil karena mengurangi kebutuhan untuk pemantauan harga yang berkelanjutan, meningkatkan perencanaan, dan membangun hubungan pembeli-penjual jangka panjang.
Manajer lebih memilih harga yang stabil untuk jangka panjang karena:

1.      Mengurangi biaya pengawasan secara berkala
Jika suatu harga telah ditetapkan untuk jangka panjang, diharapkan harga tersebut dapat stabil menghasilkan laba dan menutup rugi dalam jangka panjang. Sedikit penyesuaian yang dibutuhkan untuk menentukan harga dan mengubahnya. Di sisi lain, perubahan harga yang terus menerus akan menimbulkan biaya, contohnya biaya untuk peneyesuaian di daftar harga, biaya untuk memberitahukan harga yang baru, dan lain-lain.
2.      Meningkatkan perencanaan
Harga yang stabil dalam jangka panjang dirumuskan melalui perencanaan yang matang dengan memprediksi perkembangan pasar, paling tidak dalam jangka menengah. Memprediksi kondisi pasar dalam jangka menengah akan menghasilkan perencanaan yang lebih stabil karena sudah mencakup fluktuasi pasar dalam jangka pendek yang mungkin terjadi selama periode jangka menengah tersebut.
3.      Membangun hubungan penjual-pembeli jangka panjang
Harga yang lebih stabil akan lebih menjamin hubungan dengan pelanggan dalam jangka panjang karena tidak sering terjadi perubahan harga. Manajer harus dapat menganalisis permintaan konsumen dalam jangka panjang untuk menentukan berapa jumlah penawaran yang sesuai agar laku di pasar. Analisis tersebut harus mencakup direct cost (DM+DL) dan indirect cost (IDL+FOH). Manajemen menggunakan Alokasi Biaya (Cost Allocation) untuk mengidentifikasi cost yang benar-benar dibutuhkan (value added cost) dan biaya yang tidak benar-benar dibutuhkan (Non-Value Added Cost) untuk meminimalisir biaya suatu produk.

.
C. Market-based approach : target costing for target pricing
- Mengimplementasi target pricing dan target costing, dengan cara :
   1. Mengembangkan produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan yang berpotensi 
   2. Memilih terget price 
   3. Memperoleh target cost per unit dengan mengurangi terget price dengan target operating income         per unit. 
       Contoh : untuk mendapatkan target pengembalian modal, perusahaan perlu mendapatkan 10%             dari target pendapatan operasional per unit pada 200.000 unit provalue yang akan dijual. 
gambar
   4. Melakukan cost analysis.
       Contoh : Manajer Astel menganalisis aspek-aspek spesifik produk yang menargetkan                           pengurangan biaya:
Fungsi dilakukan oleh bagian komponen yang berbeda, seperti motherboard, disk drive, dan kartu grafis dan video. Pentingnya pelanggan menempatkan pada figur fungsional yang berbeda. Sebagai contoh, pelanggan menilai nilai keandalan lebih dari kualitas video Hubungan dan pertukaran antara fitur fungsional dan bagian komponen. Sebagai contoh, motherboard yang lebih sederhana meningkatkan keandalan tetapi tidak dapat mendukung yang terbaik kartu video garis.       
    5. Melakukan Rekayasa Nilai untuk Mencapai Target Biaya 
        Rekayasa nilai adalah evaluasi sistematis dari semua aspek rantai nilai, dengan tujuan mengurangi biaya dan mencapai tingkat kualitas yang memuaskan pelanggan. Rekayasa nilai memerlukan perbaikan didesain produk, perubahan spesifikasi bahan, dan modifikasi dalam  metode proses.
·         Rekayasa Nilai Cost Icurrence dan Locked-in Cost 
Untuk menerapkan rekayasa nilai, manajer membedakan value-added activities and costs dan non value added activities and cost
·         Value-added cost adalah biaya yang jika dihilangkan akan mengurangi nilai actual atau persepsi atau kegunaan (kegunaan) pelanggan dari menggunakan produk atau layanan.
Contoh : fitur dan atribut produk yang diinginkan oleh pelanggan, seperti keandalan, memadai memori, perangkat lunak yang dimuat sebelumnya, gambar yang jelas, dan layanan pelanggan  yang cepat.
·         Non value-added cost adalah biaya yang jika dihilangkan tidak akan mengurangi actual atau nilai yang dirasakan atau utilitas (kegunaan) yang diperoleh pelanggan dari menggunakan produk atau layanan.
Contoh : biaya produk dan mesin yang rusak. Perusahaan berupaya meminimalkan biaya yang tidak bernilai tambah karena tidak memberikan manfaat kepada pelanggan.
Manajer juga membedakan Cost Incurrence dan Locked-in Cost
-          Cost Incurrence adalah menggambarkan kapan suatu sumber daya dikonsumsi (atau manfaat hilang) untuk memenuhi tujuan tertentu. Sistem penetapan biaya mengukur kenaikan biaya. Misalnya, Astel langsung mengakui biaya material hanya bila dirakit dan dijual.
-          Locked-in Cost adalah biaya yang belum dikeluarkan di masa depan berdasarkan keputusan yang sudah dibuat.
Peluang terbaik untuk mengelola biaya adalah sebelum Locked-in cost sehingga manajer memodelkan efek dari berbagai pilihan desain produk pada biaya seperti memo dan pengerjaan ulang yang hanya akan terjadi kemudian selama manufaktur. Mereka kemudian mengendalikan biaya-biaya ini dengan membuat pilihan desain yang bijak.
   Untuk memplot biaya kumulatif per unit yang timbul dalam fungsi yang berbeda dari rantai nilai. Kurva atas memplot biaya penguncian kumulatif. Total biaya kumulatif per unit 
Value enginering adalah evaluasi sistematis dari semua nilai, dengan tujuan untuk mengurangi biaya dan mencapai tingkat kualitas yang memuaskan pelanggan.
Value added Cost
Non Value added cost
Adequate memory
kerusakan mesin
pre loaded software
rework
easy to use keyboard
perbaikan
Non Cost Factors
Price discrimination : Praktik pembebanan harga yang berbeda untuk setiap pelanggan atas barang/jasa yang sama.
Peak Load Pricing : Praktik pembebanan harga yang lebih tinggi untuk barang/jasa yang sama ketika permintaan mendekati batas fisik kapasitas untuk menghasilkan barang/jasa tersebut.
Interntional pricing : Harga yang dikenakan ke masing-masing negara akan bervariasi karena perbedaan daya beli konsumen dan pembatasan pemerintah yang dapat membatasi harga.



Senin, 17 Juni 2019

Resume : Pemrograman Linier


BAB 21 Pemrograman Linier


Pemrograman Linier disingkat PL merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Linear programming memungkinkan pengambil keputusan menemukan solusi optimal terhadap masalah alokasi sumber daya jangka pendek tanpa harus menebak-nebak.
A.    Memaksimalkan Margin Kontribusi
Margin Kontribusi (Contribution Margin—CM) sering dijadikan sebagai ukuran atas kinerja manajemen. Untuk memaksimalkan laba, manajemen harus memaksimalkan CM.
.
Informasi yang relevan adalah sebagai berikut.

Masalah tersebut dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut.

1.      Total CM dari membuat dan menjual kedua model disebut fungsi tujuan (objective function) dan dinyatakan secara matematis: anggap x dan y masing-masing mewakili kuantitas dari model standar dan model deluxe yang akan dibuat dan dijual. Fungsi tujuan :
Maksimalkan CM = 3x + 4y
2.      Batasan sumber daya, yang disebut constraints (batasan), dinyatakan dalam bentuk matematis. Dalam ilustrasi ini, permintaan penjualan melebihi kapasitas, sehingga waktu pengamplasan dan waktu pemolesan merupakan batasan satu-satunya.
2x + 5y ≤ 120
Ada 80 jam pemolesan yang tersedia. Dibutuhkan 4 jam untuk membuat satu unit standar dan 2 jam untuk satu unit deluxe. Batasan pemolesan dinyatakan:
4x + 2y ≤ 80
Dari persamaan batasan waktu pengamplasan dan pemolesan, maka  diperoleh:
lalu masukan ke fungsi objektif:
Maximize CM   = 3x + 4y
                        = 3(10) + 4(20)
                        = 110 
Suatu grafik dari batasan-batasan disajikan di bawah ini.



Area yang mungkin (feasible area), dibatasi dengan garis AB, BC, CD, dan DA yang mewakili semua kombinasi model standar dan deluxe yang dapat diproduksi. Kombinasi apapun di luar area yang mungkin tidak dapat diproduksi karena di luar batasan yang mungkin.
Dalam grafik, sudut adalah A, B, C, dan D. Untuk menemukan sudut mana yang terbaik, setiap sudut dievaluasi sebagai berikut.

Total CM dimaksimalkan ketika 10 model standar dan 20 model deluxe diproduksi dan dijual. Kombinasi ini diwakili oleh sudut C.
Untuk menentukan titik mana yang paling baik, perhatikan grafik di bawah ini. Semua kombinasi dari model standar dan deluxe yang diwakili oleh titik-titik pada garis CM yang sama akan memberikan total CM yang ama. Total CM akan meningkat bila garis CM semakin jauh dari titik A.


Kemiringan garis CM ditemukan dengan mengalikan -1 dengan suatu rasio. Rasio tersebut adalah CM dari suatu unit produk yang diwakili oleh sumbu horizontal, dibagi dengan CM dari satu unit produk yang diwakili oleh sumbu vertikal. Dalam ilustrasi ini, kemiringannya adalah -3/4. Titik-titik berikut ini dihitung dari garis CM pada grafik di atas.




Perhatikan pada grafik, garis CM paling jauh dari titik A adalah ketika garis tersebut berpotongan dengan titik C. Penggunaan penuh dari sumber daya yang tersedia terjadi hanya pada titik dimana semua persamaan batasan saling berpotongan, yang dalam contoh ini adalah titik C. Penggunaan penuh dari sumber daya tidak selalu memberikan solusi optimal.
Jika CM dari satu atau kedua produk berubah, maka kemiringan dari setiap garis CM berubah. Jika perubahan kemiringan cukup besar, maka solusi optimal bergeser ke sudut berbeda. Jika kemiringan dari setiap garis CM setara dengan kemiringan garis BC, maka semua titik di garis BC akan sama menguntungkannya. Perhatikan bahwa tidak mungkin titik mana pun di garis BC akan lebih menguntungkan daripada titik B dan C.

Minimalisasi Biaya

Selain memaksimalkan kontribusi margin, program linier juga dapat digunakan untuk meminimalkan biaya. Ilustrasinya sebagai berikut:
Diasumsikan terdapat perusahaan farmasi yang berencana untuk memproduksi tepatnya 40 galon yang terdiri dari  2 bahan, x dan y yang memiliki biaya secara berurutan $8 dan $15 per galon. Tidak lebih dari 12 galon bahan x yang dapat digunakan, sedangkan untuk memastikan kualitas, minimal 10 galon bahan y harus digunakan. Perusahaan ingin meminimalkan biaya.
Maka persamaan matematikanya adalah:
1.) Fungsi objektif : Minimaze cost = 8x + 15y
2.) Batasan : x + y = 40
                        x ≤ 12
                        y ≥ 10 
Solusi yang optimal dari contoh ini sangat mudah diltemukan, karena x lebih murah daripada y. Jumlah maksimal bahan x yang digunakan adalah 12 galon, dan 28 galon lainnya dibutuhkan untuk membuat total 40 galon dimana sisanya adalah diambil dari bahan y yang lebih mahal harganya. Dalam masalah yang rumit, solusinya menjadi tidak jelas, khususnya jika terdapat bahan yang sangat banyak dengan banyak jenis batasan yang berbeda.





Jumat, 24 Mei 2019

RESUME :Differential Cost Analysis


BAB 21
DIFFERENTIAL COST ANALYSIS

Analisis biaya diferensial memfokuskan pada pengambilan keputusan jangka pendek, lalu mengilustrasikan relevansinya dalam menyelesaikan masalah pengambilan keputusan jangka pendek.   
Studi biaya diferensial
 Studi biaya diferensial adalah analisis yang menentukan tingkat diinginkannya suatu proyek atau aktivitas yang durasinya tidak melebihi satu tahun. Jika manfaat diferensial yang diperkirakan dari suatu tindakan melebihi biaya diferensial yang diperkirakan, maka tindakan tersebut sebaiknya diambil.
Biaya diferensial adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan suatu usulan proyek atau memperluas aktivitas yang telah dilakukan. Biaya diferensial sering kali disebut dengan biaya marginal oleh ekonom dan sebagai biaya incremental oleh insinyur industrial. Biaya diferensial meliputi semua pengeluaran tunai yang diperlukan, baik tetap maupun variabel. Pengeluaran kas yang diperlukan sering kali disebut sebagai biaya tunai. Secara serupa, biaya diferensial dapat dianggap sebagai pengeluaran yang dapat dihindari bila mengabaikan atau menghentikan proyek atau aktivitas tersebut, disebut sebagai biaya yang dapat dihindari. Biaya diferensial tidak termasuk biaya tertanam (sunk cost) atau biaya tetap yang dialokasikan. Biaya tertanam yang tidak dapat kembali; contohnya adalah kelebihan nilai buku atas nilai sisanya

 Contoh-contoh pengambilan keputusan yang memperoleh manfaat dari analisis biaya diferensial adalah sebagai berikut:
1.       Menerima atau menolak pesanan pelanggan
2.       Mengurangi harga dari satu pesanan khusus
3.       Mengurangi harga di pasar yang kompetitif
4.       Mengevaluasi alternatif buat atau beli
5.       Memperluas, menutup, atau menghilangkan suatu fasilitas
6.       Meningkatkan, memotong, atau menghentikan produksi dari produk tertentu
7.       Menentukan apakah akan menjual atau memproses lebih lanjut
8.       Memilih di antara alternatif rute dalam produksi produk
9.       Menentukan harga maksimum yang akan dibayarkan untuk bahan baku

 Membuat keputusan terhadap suatu proyek atau aktivitas



Menerima Pesanan Tambahan

Biaya diferensial sebaiknya dipertimbangkan ketika suatu keputusan melibatkan perubahan dalam output. Biaya diferensial dari penambahan produksi adalah selisih antara biaya produksi output sekarang dengan biaya output lebih besar yang direncanakan. Jika kapasitas tersedia, analisis biaya diferensial, dapat mengindikasikan kemungkinan untuk menjual output tambahan dengan harga di bawah biaya rata-rata per unti sekarang. Tambahan bisnis akan menguntungkan selama tambahan pendapatan melebihi biaya diferensial untuk memproduksi dan menjual output tambahan.

Mengurangi Harga Pesanan Khusus

Analisis biaya diferensial adalah alat bantu bagi manajemen untuk memutuskan berapa harga yang dapat dikenakan oleh perusahaan untuk menjual barang tambahan.  Dalam prakteknya, seringkali sulit untuk menetukan apakah suatu tawaran untuk membeli output tambahan benar-benar merupakan tambahan bisnis. Anggaran penjualan tahunan umumnya tidak menspesifikan kuantitas yang akan dijual ke setiap pelanggan, karena predikai yang terlibat umumnya didasarkan pada tren dalam penjualan produk dan fakto-faktor ekonomi yang diperkirakan akan mempengaruhi permintaan selama periode yang diprediksikan. Akibatnya, seringkali sulit untuk mengevaluasi apakah tawaran tertentu adalah bisnis incremental atau komponene dari anggaran awal. Jika tawaran tersebut adalah tawaran untuk membeli unit yang termasuk dalam prediksai penjualan awal, maka laba yang diperkirakan dari analisis biaya diferensial tidak akan menjadi kenyataan. Jika apengurangfan harga dan kuantitas dalam unit pesanan jumlahnya besar, maka total pendapatan penjualan mungkin tidak akan menutupi total biaya tetap dimana dalam kasus tersebut kerugian akan terjadi untuk periode tersebut

Memutuskan Apakah Membeli atau Membuat Sendiri

Tujuan dari keputusan buat atau beli sebaiknya adalah penggunaan optimal atas sumber daya produktif dan keuangan perusahaan. pengambilan keputusan seringkali harus dilakukan dalam hubungannya dengan penggunaan dari peralatan yang menganggur, ruangaqn yang menganggur, dan bahkan tenaga kerja yang menganggur. Dalam situasi semacam itu, seorang manajer cenderung akan mempertimbangkan fasilitas yang ada dan menghindari pengurngan karyawan. Komitmen dari sumber daya baru juga dapat terlibat.
Dalam mengahadapi situasi ini, sebaiknya manajemen melakukan hal-hal berikut:
1.       Mempertimbangkan kualitas, kuantitas, dan ketergantungan dari pasokan komponen beserta kemampuan teknis untuk memproduksi komponen tersebut. Kemudian mempertimbangkan persyaratan-persayaratan tersebut baik untuk janbgka pendek maupun jangka panjang.
2.       Membandingkan biaya untuk memproduksi komponen tersebut dengan biaya untuk membeli komponen tersebut.
3.       Mempertimbangkan apakah jika komponentersebut dibeli dan bukan dibuat, ada alternatif penggunaan lain yang lebih menguntungkan dari fasilitas perusahaan itu sendiri.
4.       Mempertimbangkan selisih dalam investasi modal yang diperlukan dan waktu arus kas.
5.       Mengadopsi tindakan yang konsisten dengan kebijakan perusahaan secara keseluruhan.

Memutuskan Untu Menghentikan Produk Tertentu

Menghentikan produk memerlukan analisis atas data biaya dan pendapataan yang relevan. Tujuan program semacam ini adalah untuk mengidentifikasikan produk yuang akan dihilangkan atau dibuat lebih menguntungkan. Berikut manfaatnya:
1)      Penjualan yang diperluas.
2)      Laba yang meningkat.
3)      Tingkat persediaan yang berkurang.
4)      Waktu eksekutif dapat digunakan untuik aktifitas yang lebih menguntungkan.
5)      Fasilitas, bahan baku, dan tenaga kerja yang langka bergeser ke proyekproyek yang lebih menjanjikan.
6)      Perhatian menajemen yang lebih besar pada alasan mengapa produk gagal, sehingga membawa kepada kebijakan yang mengurangi tingkat kegagalan.
Kehati-hatian harus dilakukan tidak hanya untuk mempertimbangkan profitabilitas dari produk yang dianalisis, tetapi juga untuk mengevaluasi tingkat dimana penjualan dari produk lain akan dipengaruhi secara negative ketikaq suatu produk dihilangkan. Jika penurunan penjualan yan diperkirakan akan terjadi pada produk-produk terkait cukup parah, maka lebih baik mempertahankan produk yang bermasalah. Manajemen membutuhkan tanda-tanda peringatan unutk produk-produk yang bermasalah. Berikut tanda tersebut:
·         Meningkatnya keluhan pelanggan.
·         Meningkatnya jumlah pengiriman yang dikembalikan.
·         Menurunnya volume penjualan.
·         Menurunnya volume penjualan produk sebagai persentase dari total penjualan perusahaan.
·         Menurunnya pangsa pasar
·         Biaya variabel mendekati atau melebihi pendapatan.
·         Biaya secara konsisten meningkat sebagai persentase dari penjualan.
·         meningkatnya permintaan atas waktu eksekutif.
·         Harga yang harus terus-menerus diturunkan untuk memperetahankan penjualan.
·         Pengeluaran promosional yang harus ditingkatkan secara kontinu untuk mempertahankan penjualan.

Sumber : Cost Accounting 14th Edition by Carter 
BAB 21 DIFFERENTIAL COST ANALYSIS



Rabu, 08 Mei 2019

RESUME : Cost Volume Profit Analysis


COST VOLUME PROFIT ANALYSIS 

BAB 20


Analisis Biaya-Volume-Laba

Analisis Biaya-Volume-Laba  (Cost-Volume Profit Analysis-CVP) berkaitan dengan penentuan volume penjualan dan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba yang dinginkan. Analisa CVP merupakan alat yang menyediakan informasi bagi manajemen mengenai hubungan biaya, laba, bauran produk, dan volume penjualan.
Model CVP dibangun berdasarkan asumsi sebagai berikut:
·         Semua biaya dapat dipisahkan menjadi bagian variable dan bagian tetap.
·         Total biaya tetap adalah konstan sepanjang rentang analisis
·         Total  biaya variabel berubah secara proporsional terhadap perubahan dalam volume ( biaya variabel  per unit adalah konstan sepanjang range yang relevan).

Konsep BEP (Break Even Point)
Titik impas (break-even point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau titik dimana laba sama dengan nol (zero profit).  Analisis titik impas digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang terjadi selama periode tersebut.  
Jika penjualan jatuh dibawah titik impas, terjadi kerugian. Manajemen harus menentukan titik impas untuk menghitung margin pengaman (margin of safety), yang mengindikasikan berapa banyak penjualan dapat turun dari tingkat yang ditargetkan sebelum perusahaaan mengalami kerugian. CVP bias didasarkan pada historis dan proyeksi.
                Anggaran fleksible dan kartu biaya standar juga merupakan sumber data yang baik karena memisahkan biaya tetap dari biaya variable.
CVP didasarkan pada huubungan akuntansi berikut  :
Laba = Total Pendapatan – (Total Biaya Variabel + Total Biaya tetap)
Total Pendapatan = (Total Biaya Variabel + Total Biaya tetap)- laba
Tujuan CVP adalah untuk menentukan volume penjualan dan bauran produk yang diperlukan umtuk mencapai arget laba. Volume penjualan dapat diukur dalam pendapatan penjualan yang diperlukan, persamaan sebelumnya dapat dipecahkan utk R sebagai berikut :
Jika laba ditetapkan nol, maka titik impas diukur dalam pendapatan penjualan R (BE) dihitung sebagai berikut: 

Konsep Contribution Margin

Margin kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari pendapatan dikurangi beban variabel. Jadi, ini adalah jumlah yang tersedia untuk menutup beban tetap dan kemudian menjadi laba untuk periode tersebut. Margin kontribusi digunakan dulu untuk menutup beban tetap dan sisanya akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup untuk menutup beban tetap perusahaan, maka akan terjadi kerugian untukperiode tersebut. Ketika titik impas dicapai, laba bersih akan bertambah sesuai denganmargin kontribusi per unit untuk setiap tambahan produk yang terjual. Untuk memperkirakan pengaruh kenaikan penjaulan yang direncanakan terhadap biaya, manajer cukup mengalikan peningkatan dalam unit yang terjual dengan margin kontribusi yang per unit. Hasilnya akan menggambarkan peningkatan laba yang diharapkan.
Margin kontribusi per dollar penjualan juga disebut sebagai rasio margin kontribusi (C/M) adalah bagian dari setiap dollar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Menghitung titik impas diilustrasikan pada contoh berikut ini dari anggaran fleksibel Northstar company :

Misalnya laba yang ditargetkan sebesar $400.000, maka memerlukan penjualan sebesar $1.000.000 diatas titik impas. Berikut perhitungannya :
Karena pendapatan penjualan sama dengan harga jual per unit dikalikan dengan kuantitas produk yang dijual, dan karena total biaya tetap sama dengan total biaya variable per unit dikalikan dengan kuantitas produk yang dijual, persamaaannya sebagai berikut :


Jika laba ditetapkan sama dengan nol, maka titik impas dalam unit produk Q(BE) adalah sebagai berikut :

Laba yang ditargetkan sebesar $400.000 memerlukan penjualan sebesar :

Membuat Bagan titik impas

Bagan titik impas konvensional dibuat secara berikut :
1. Garis horizontal, sumbu x, ditandai dalam interval mewakil penjualan dalam dollar atau unit , sebagai presentase dari volime tertentu.
2. Garis vertical, sumbu y. Disisi kiri garis tersebut dalam interval untuk mewakili penjualan dan biaya dalam dollar.
3. Garis biaya tetap, digambarkan sejajar dengan sumbu x pada titik $1.600.000 di sumbu y.
4. Garis total biaya digambarkan dari titik biaya tetap $1.600.000 disumbu y sebelah kiri ke titik biaya sebesar $4.600.000 disumbu y sebelah kanan.
5. Garis penjualan Digambar dari titik 0 disisi kiri dimana sumbu x dan y berpotongan ke titik $5.000.000 disumbu y sebelah kanan.
6. Garis total biaya memotong garis penjualan pada titik impas, mencerminkan penjualan $4.000.000 aau 10.000 unit
7. Area segi tiga disebalah kiri titik impas adalah area rugi, area segitiga disebalah kanan adalah area laba. 

Berikut adalah bagan tersebut : (Bagan titik impas konvensional) 
Berikut adalah bagan tersebut : (Bagan titik dengan biaya tetap diplot diatas biaya variable)
Sumber : Buku William K. Carter Edisi 14 Bab 20

Rabu, 01 Mei 2019

RESUME : Inventory Costing and Capacity Analysis


Inventory Costing and Capacity Analysis

Perhitungan Biaya Langsung (direct costing)

disebut juga perhitungan biaya variabel atau perhitungan biaya marginal,hanya membebankan ke produk biaya produksi yang bervariasi secara langsung dengan volume. Biaya variable dibebankan ke produksi, semua biaya produksi tetap diperlakukan sebagai beban periodik.  Perhitungan biaya langsung memfokuskan pada biaya yang diakibatkan oleh aktivitas produksi dan tingkatannya yang berubah-ubah. Fokus ini diarahkan dalam dua cara :
·         Untuk penggunaan internal atas hubungan biaya tetap-variabel dan konsep margin kontribusi.
·         Untuk penggunaan eksternal dalam perhitungan biaya persediaan, dalam menentukan laba, dan dalam laporan keuangan. 

Definisi Margin Kontribusi   
Margin kontribusi atau laba marginal adalah selisih antara pendapatan penjualan dengan semua biaya variabel. Dihitung dengan cara mengurangkan biaya variabel , baik untuk biaya produksi maupun non produksi, dari penjuala.

Margin kontribusi atau laba marginal adalah selisih antara pendapatan penjualan dengan semua biaya variabel. Dihitung dengan cara mengurangkan biaya variabel , baik untuk biaya produksi maupun non produksi, dari penjuala.

Kegunaan internal dari perhitungan biaya langsung          
    Banyak manajer menganggap perhitungan biaya langsung lebih dapat dipahami dan lebih berguna dibandingkan dengan perhitungan  biaya penyerapan penuh untuk hampir semua jenis analisis internal.
Secara teoritis, jika semua biaya produksi adalah tetap, maka perhitungan biaya langsung akan kehilangan daya tariknya karena  perhitungan biaya langsung akan melaporkan biaya produk sama dengan nol. Secara praktis, semua manajer dan pembaca laporan  keuangan lainnya akan menganggap bahwa angka biaya persediaan sama dengan nol adalah tidak masuk akal ketika persediaan memiliki  nilai jual yang signifikan. Dalam skenario tersebut, hanya perhitungan biaya penyerapan penuh yang akan membebankan biaya ke produk.
Perhitungan biaya langsung sebagai alat perencanaan laba 
ü  Perhitungan biaya langsung sebagai pedoman bagi penetapan harga produk
ü  Perhitungan biaya langsung untuk evaluasi profitabilitas dari multiproduk
ü  Perhitungan biaya langsung untuk mengambil keputusan manajerial
ü  Perhitungan biaya langsung untuk pengendalian biaya

FULL COSTING DAN DIRECT COSTING
Direct Costing  atau Variable Costing adalah  metode pembebanan biaya ke produk dimana hanya variable manufacturing cost saja yang dibebankan ke produk.
Full Absrorption Costing adalah metode pembebanan biaya inventory dimana seluruh manufacturing cost dbebankan ke produk yang terjual dan tersisa. 
Perbedaan kedua metode tersebut  terletak hanya pada komponen biaya FOH saja. Dalam Direct Costing, komponen DM, DL, dan Variable FOH dilaporkan dalam financial statement secara proporsional sebagaimana dalam metode Full Absorption Costing. Khusus untuk Fixed FOH, unsur biaya ini dalam Direct Costing akan dilaporkan selurunya dan tidak secara proporsional antara unit yang terjual dan unit yang belum laku. Hal ini berarti bahwa seluruh biaya Fixed FOH yang terjadi selama periode yang bersangkutan akan dilaporkan atau dibebankan seluruhnya (tidak ditanggung oleh produk yang belum terjual). Komponen fixed FOH akan diperlakukan sebagai beban periodik (period cost) untuk periode berjalan secara keseluruhan.

 Penentuan harga pokok persediaan

 Dengan adanya perbedaan pembebanan elemen biaya produksi (production cost) kepada produk antara metode full costing dengan metode variable costing, mengakibatkan pula perbedaan harga pokok persediaan. Pada metode full cosing, fixed FOH dibebankan ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu jika sebagian produk masih ada dalam persediaan atau belum terjual maka sebagian fixed FOH masih melekat pada harga pokok persediaan. Metode variable costing tidak membebankan  fixed FOH ke dalam harga pokok produk, akan tetapi fixed FOH langsung dibebankan ke dalam laba-rugi sebagai biaya periode. Oleh karena itu produk yang masih ada dalam persediaan atau belum terjual hanya dibebani biaya produksi variabel atau BOP tetap fixed FOH tidak melekat pada harga pokok persediaan.

Penyusunan Income Statement dengan Metode Full Costing dan Direct Costing
Income Statement - Full Costing


Income Statement - Direct Costing


Dalam hal perbedaan profit antara metode Full Absorption Costing dan Direct Costing, perbedaan tersebut disebabkan oleh hanya perbedaan atas Fixed FOH. Pada Full Absorption Costing, Fixed FOH dibebankan hanya sebatas jumlah unit yang terjual saja (COGS). Sementara itu, dalam Direct Costing, Fixed FOH dibebankan seluruhnya sejumlah unit yang dihasilkan pada periode berjalan
(COGM). Dengan demikian, perbedaan profit atas kedua metode tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Δ Operating Income = COGM – COGS
Δ OI = (Unit produced – Unit sold) x FOH-F perunit
Δ OI = (FG ending – FG beginning) x FOH-F perunit
Cost Volume Profit Analysis (CVP)          
    Cost Volume Profit Analysis (CVP Analysis) merupakan analisis hubungan antara biaya, kuantitas unit yang terjual, dan laba ketika salah satu variabel tersebut dimanipulasi untuk menghasilkan nilai variabel yang diinginkan. Dengan mengetahui hubungan antara ketiga elemen tersebut, manajer dapat menentukan target laba yang diinginkan atau menghitung besaran biaya guna maksimalisasi kinerja
perusahaan. Banyak keputusan bisnis yang dapat dihasilkan oleh manajer dengan menggunakan CVP analysis.

Persamaan 1  : (P x Q) = TFC + (VCU x Q) + Profit 
P = harga jual (selling price)
Q = kuantitas jumlah unit produk yang terjual (unit sold)
TFC = Total Fixed Costs
VCU = Variable Cost perunit
Profit = Operating Income (Profit)

Persamaan 2 : Contribution Margin (CM)
CM = TR – TVC
TR = TFC + TVC + Profit
TR – TVC = TFC + Profit

CM = TFC + Profit

TR = Total Revenue

Persamaan 3 : Contribution Margin per unit
CM = TR – TVC
CM = (P x Q) – (VCU x Q)

CMU = P – VCU

Persamaan 4 : Contribution Margin Ratio
CMR = CM : TR
Pada kondisi BEP, maka dapat dihasilkan persamaan sebagai berikut.
TR = TFC + TVC + 0
TR – TVC = TFC
CM = TFC

Kesimpulannya adalah  dalam kondisi BEP, maka Contribution Margin akan sama dengan Total Fixed Cost. Selanjutnya, untuk mengetahui Margin of Safety, perlu digambarkan terlebih dahulu garis TR dan garis TC dalam sebuah sumbu cartesius



RESUME: Pricing decision and Cost Management

A. Faktor utama yang mempengaruhi Pricing Decision Manajer menentukan harga suatu produk berdasarkan permintaan dan penawaran di pasar. ...