Jumat, 24 Mei 2019

RESUME :Differential Cost Analysis


BAB 21
DIFFERENTIAL COST ANALYSIS

Analisis biaya diferensial memfokuskan pada pengambilan keputusan jangka pendek, lalu mengilustrasikan relevansinya dalam menyelesaikan masalah pengambilan keputusan jangka pendek.   
Studi biaya diferensial
 Studi biaya diferensial adalah analisis yang menentukan tingkat diinginkannya suatu proyek atau aktivitas yang durasinya tidak melebihi satu tahun. Jika manfaat diferensial yang diperkirakan dari suatu tindakan melebihi biaya diferensial yang diperkirakan, maka tindakan tersebut sebaiknya diambil.
Biaya diferensial adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan suatu usulan proyek atau memperluas aktivitas yang telah dilakukan. Biaya diferensial sering kali disebut dengan biaya marginal oleh ekonom dan sebagai biaya incremental oleh insinyur industrial. Biaya diferensial meliputi semua pengeluaran tunai yang diperlukan, baik tetap maupun variabel. Pengeluaran kas yang diperlukan sering kali disebut sebagai biaya tunai. Secara serupa, biaya diferensial dapat dianggap sebagai pengeluaran yang dapat dihindari bila mengabaikan atau menghentikan proyek atau aktivitas tersebut, disebut sebagai biaya yang dapat dihindari. Biaya diferensial tidak termasuk biaya tertanam (sunk cost) atau biaya tetap yang dialokasikan. Biaya tertanam yang tidak dapat kembali; contohnya adalah kelebihan nilai buku atas nilai sisanya

 Contoh-contoh pengambilan keputusan yang memperoleh manfaat dari analisis biaya diferensial adalah sebagai berikut:
1.       Menerima atau menolak pesanan pelanggan
2.       Mengurangi harga dari satu pesanan khusus
3.       Mengurangi harga di pasar yang kompetitif
4.       Mengevaluasi alternatif buat atau beli
5.       Memperluas, menutup, atau menghilangkan suatu fasilitas
6.       Meningkatkan, memotong, atau menghentikan produksi dari produk tertentu
7.       Menentukan apakah akan menjual atau memproses lebih lanjut
8.       Memilih di antara alternatif rute dalam produksi produk
9.       Menentukan harga maksimum yang akan dibayarkan untuk bahan baku

 Membuat keputusan terhadap suatu proyek atau aktivitas



Menerima Pesanan Tambahan

Biaya diferensial sebaiknya dipertimbangkan ketika suatu keputusan melibatkan perubahan dalam output. Biaya diferensial dari penambahan produksi adalah selisih antara biaya produksi output sekarang dengan biaya output lebih besar yang direncanakan. Jika kapasitas tersedia, analisis biaya diferensial, dapat mengindikasikan kemungkinan untuk menjual output tambahan dengan harga di bawah biaya rata-rata per unti sekarang. Tambahan bisnis akan menguntungkan selama tambahan pendapatan melebihi biaya diferensial untuk memproduksi dan menjual output tambahan.

Mengurangi Harga Pesanan Khusus

Analisis biaya diferensial adalah alat bantu bagi manajemen untuk memutuskan berapa harga yang dapat dikenakan oleh perusahaan untuk menjual barang tambahan.  Dalam prakteknya, seringkali sulit untuk menetukan apakah suatu tawaran untuk membeli output tambahan benar-benar merupakan tambahan bisnis. Anggaran penjualan tahunan umumnya tidak menspesifikan kuantitas yang akan dijual ke setiap pelanggan, karena predikai yang terlibat umumnya didasarkan pada tren dalam penjualan produk dan fakto-faktor ekonomi yang diperkirakan akan mempengaruhi permintaan selama periode yang diprediksikan. Akibatnya, seringkali sulit untuk mengevaluasi apakah tawaran tertentu adalah bisnis incremental atau komponene dari anggaran awal. Jika tawaran tersebut adalah tawaran untuk membeli unit yang termasuk dalam prediksai penjualan awal, maka laba yang diperkirakan dari analisis biaya diferensial tidak akan menjadi kenyataan. Jika apengurangfan harga dan kuantitas dalam unit pesanan jumlahnya besar, maka total pendapatan penjualan mungkin tidak akan menutupi total biaya tetap dimana dalam kasus tersebut kerugian akan terjadi untuk periode tersebut

Memutuskan Apakah Membeli atau Membuat Sendiri

Tujuan dari keputusan buat atau beli sebaiknya adalah penggunaan optimal atas sumber daya produktif dan keuangan perusahaan. pengambilan keputusan seringkali harus dilakukan dalam hubungannya dengan penggunaan dari peralatan yang menganggur, ruangaqn yang menganggur, dan bahkan tenaga kerja yang menganggur. Dalam situasi semacam itu, seorang manajer cenderung akan mempertimbangkan fasilitas yang ada dan menghindari pengurngan karyawan. Komitmen dari sumber daya baru juga dapat terlibat.
Dalam mengahadapi situasi ini, sebaiknya manajemen melakukan hal-hal berikut:
1.       Mempertimbangkan kualitas, kuantitas, dan ketergantungan dari pasokan komponen beserta kemampuan teknis untuk memproduksi komponen tersebut. Kemudian mempertimbangkan persyaratan-persayaratan tersebut baik untuk janbgka pendek maupun jangka panjang.
2.       Membandingkan biaya untuk memproduksi komponen tersebut dengan biaya untuk membeli komponen tersebut.
3.       Mempertimbangkan apakah jika komponentersebut dibeli dan bukan dibuat, ada alternatif penggunaan lain yang lebih menguntungkan dari fasilitas perusahaan itu sendiri.
4.       Mempertimbangkan selisih dalam investasi modal yang diperlukan dan waktu arus kas.
5.       Mengadopsi tindakan yang konsisten dengan kebijakan perusahaan secara keseluruhan.

Memutuskan Untu Menghentikan Produk Tertentu

Menghentikan produk memerlukan analisis atas data biaya dan pendapataan yang relevan. Tujuan program semacam ini adalah untuk mengidentifikasikan produk yuang akan dihilangkan atau dibuat lebih menguntungkan. Berikut manfaatnya:
1)      Penjualan yang diperluas.
2)      Laba yang meningkat.
3)      Tingkat persediaan yang berkurang.
4)      Waktu eksekutif dapat digunakan untuik aktifitas yang lebih menguntungkan.
5)      Fasilitas, bahan baku, dan tenaga kerja yang langka bergeser ke proyekproyek yang lebih menjanjikan.
6)      Perhatian menajemen yang lebih besar pada alasan mengapa produk gagal, sehingga membawa kepada kebijakan yang mengurangi tingkat kegagalan.
Kehati-hatian harus dilakukan tidak hanya untuk mempertimbangkan profitabilitas dari produk yang dianalisis, tetapi juga untuk mengevaluasi tingkat dimana penjualan dari produk lain akan dipengaruhi secara negative ketikaq suatu produk dihilangkan. Jika penurunan penjualan yan diperkirakan akan terjadi pada produk-produk terkait cukup parah, maka lebih baik mempertahankan produk yang bermasalah. Manajemen membutuhkan tanda-tanda peringatan unutk produk-produk yang bermasalah. Berikut tanda tersebut:
·         Meningkatnya keluhan pelanggan.
·         Meningkatnya jumlah pengiriman yang dikembalikan.
·         Menurunnya volume penjualan.
·         Menurunnya volume penjualan produk sebagai persentase dari total penjualan perusahaan.
·         Menurunnya pangsa pasar
·         Biaya variabel mendekati atau melebihi pendapatan.
·         Biaya secara konsisten meningkat sebagai persentase dari penjualan.
·         meningkatnya permintaan atas waktu eksekutif.
·         Harga yang harus terus-menerus diturunkan untuk memperetahankan penjualan.
·         Pengeluaran promosional yang harus ditingkatkan secara kontinu untuk mempertahankan penjualan.

Sumber : Cost Accounting 14th Edition by Carter 
BAB 21 DIFFERENTIAL COST ANALYSIS



Rabu, 08 Mei 2019

RESUME : Cost Volume Profit Analysis


COST VOLUME PROFIT ANALYSIS 

BAB 20


Analisis Biaya-Volume-Laba

Analisis Biaya-Volume-Laba  (Cost-Volume Profit Analysis-CVP) berkaitan dengan penentuan volume penjualan dan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba yang dinginkan. Analisa CVP merupakan alat yang menyediakan informasi bagi manajemen mengenai hubungan biaya, laba, bauran produk, dan volume penjualan.
Model CVP dibangun berdasarkan asumsi sebagai berikut:
·         Semua biaya dapat dipisahkan menjadi bagian variable dan bagian tetap.
·         Total biaya tetap adalah konstan sepanjang rentang analisis
·         Total  biaya variabel berubah secara proporsional terhadap perubahan dalam volume ( biaya variabel  per unit adalah konstan sepanjang range yang relevan).

Konsep BEP (Break Even Point)
Titik impas (break-even point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau titik dimana laba sama dengan nol (zero profit).  Analisis titik impas digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang terjadi selama periode tersebut.  
Jika penjualan jatuh dibawah titik impas, terjadi kerugian. Manajemen harus menentukan titik impas untuk menghitung margin pengaman (margin of safety), yang mengindikasikan berapa banyak penjualan dapat turun dari tingkat yang ditargetkan sebelum perusahaaan mengalami kerugian. CVP bias didasarkan pada historis dan proyeksi.
                Anggaran fleksible dan kartu biaya standar juga merupakan sumber data yang baik karena memisahkan biaya tetap dari biaya variable.
CVP didasarkan pada huubungan akuntansi berikut  :
Laba = Total Pendapatan – (Total Biaya Variabel + Total Biaya tetap)
Total Pendapatan = (Total Biaya Variabel + Total Biaya tetap)- laba
Tujuan CVP adalah untuk menentukan volume penjualan dan bauran produk yang diperlukan umtuk mencapai arget laba. Volume penjualan dapat diukur dalam pendapatan penjualan yang diperlukan, persamaan sebelumnya dapat dipecahkan utk R sebagai berikut :
Jika laba ditetapkan nol, maka titik impas diukur dalam pendapatan penjualan R (BE) dihitung sebagai berikut: 

Konsep Contribution Margin

Margin kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari pendapatan dikurangi beban variabel. Jadi, ini adalah jumlah yang tersedia untuk menutup beban tetap dan kemudian menjadi laba untuk periode tersebut. Margin kontribusi digunakan dulu untuk menutup beban tetap dan sisanya akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup untuk menutup beban tetap perusahaan, maka akan terjadi kerugian untukperiode tersebut. Ketika titik impas dicapai, laba bersih akan bertambah sesuai denganmargin kontribusi per unit untuk setiap tambahan produk yang terjual. Untuk memperkirakan pengaruh kenaikan penjaulan yang direncanakan terhadap biaya, manajer cukup mengalikan peningkatan dalam unit yang terjual dengan margin kontribusi yang per unit. Hasilnya akan menggambarkan peningkatan laba yang diharapkan.
Margin kontribusi per dollar penjualan juga disebut sebagai rasio margin kontribusi (C/M) adalah bagian dari setiap dollar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Menghitung titik impas diilustrasikan pada contoh berikut ini dari anggaran fleksibel Northstar company :

Misalnya laba yang ditargetkan sebesar $400.000, maka memerlukan penjualan sebesar $1.000.000 diatas titik impas. Berikut perhitungannya :
Karena pendapatan penjualan sama dengan harga jual per unit dikalikan dengan kuantitas produk yang dijual, dan karena total biaya tetap sama dengan total biaya variable per unit dikalikan dengan kuantitas produk yang dijual, persamaaannya sebagai berikut :


Jika laba ditetapkan sama dengan nol, maka titik impas dalam unit produk Q(BE) adalah sebagai berikut :

Laba yang ditargetkan sebesar $400.000 memerlukan penjualan sebesar :

Membuat Bagan titik impas

Bagan titik impas konvensional dibuat secara berikut :
1. Garis horizontal, sumbu x, ditandai dalam interval mewakil penjualan dalam dollar atau unit , sebagai presentase dari volime tertentu.
2. Garis vertical, sumbu y. Disisi kiri garis tersebut dalam interval untuk mewakili penjualan dan biaya dalam dollar.
3. Garis biaya tetap, digambarkan sejajar dengan sumbu x pada titik $1.600.000 di sumbu y.
4. Garis total biaya digambarkan dari titik biaya tetap $1.600.000 disumbu y sebelah kiri ke titik biaya sebesar $4.600.000 disumbu y sebelah kanan.
5. Garis penjualan Digambar dari titik 0 disisi kiri dimana sumbu x dan y berpotongan ke titik $5.000.000 disumbu y sebelah kanan.
6. Garis total biaya memotong garis penjualan pada titik impas, mencerminkan penjualan $4.000.000 aau 10.000 unit
7. Area segi tiga disebalah kiri titik impas adalah area rugi, area segitiga disebalah kanan adalah area laba. 

Berikut adalah bagan tersebut : (Bagan titik impas konvensional) 
Berikut adalah bagan tersebut : (Bagan titik dengan biaya tetap diplot diatas biaya variable)
Sumber : Buku William K. Carter Edisi 14 Bab 20

Rabu, 01 Mei 2019

RESUME : Inventory Costing and Capacity Analysis


Inventory Costing and Capacity Analysis

Perhitungan Biaya Langsung (direct costing)

disebut juga perhitungan biaya variabel atau perhitungan biaya marginal,hanya membebankan ke produk biaya produksi yang bervariasi secara langsung dengan volume. Biaya variable dibebankan ke produksi, semua biaya produksi tetap diperlakukan sebagai beban periodik.  Perhitungan biaya langsung memfokuskan pada biaya yang diakibatkan oleh aktivitas produksi dan tingkatannya yang berubah-ubah. Fokus ini diarahkan dalam dua cara :
·         Untuk penggunaan internal atas hubungan biaya tetap-variabel dan konsep margin kontribusi.
·         Untuk penggunaan eksternal dalam perhitungan biaya persediaan, dalam menentukan laba, dan dalam laporan keuangan. 

Definisi Margin Kontribusi   
Margin kontribusi atau laba marginal adalah selisih antara pendapatan penjualan dengan semua biaya variabel. Dihitung dengan cara mengurangkan biaya variabel , baik untuk biaya produksi maupun non produksi, dari penjuala.

Margin kontribusi atau laba marginal adalah selisih antara pendapatan penjualan dengan semua biaya variabel. Dihitung dengan cara mengurangkan biaya variabel , baik untuk biaya produksi maupun non produksi, dari penjuala.

Kegunaan internal dari perhitungan biaya langsung          
    Banyak manajer menganggap perhitungan biaya langsung lebih dapat dipahami dan lebih berguna dibandingkan dengan perhitungan  biaya penyerapan penuh untuk hampir semua jenis analisis internal.
Secara teoritis, jika semua biaya produksi adalah tetap, maka perhitungan biaya langsung akan kehilangan daya tariknya karena  perhitungan biaya langsung akan melaporkan biaya produk sama dengan nol. Secara praktis, semua manajer dan pembaca laporan  keuangan lainnya akan menganggap bahwa angka biaya persediaan sama dengan nol adalah tidak masuk akal ketika persediaan memiliki  nilai jual yang signifikan. Dalam skenario tersebut, hanya perhitungan biaya penyerapan penuh yang akan membebankan biaya ke produk.
Perhitungan biaya langsung sebagai alat perencanaan laba 
ü  Perhitungan biaya langsung sebagai pedoman bagi penetapan harga produk
ü  Perhitungan biaya langsung untuk evaluasi profitabilitas dari multiproduk
ü  Perhitungan biaya langsung untuk mengambil keputusan manajerial
ü  Perhitungan biaya langsung untuk pengendalian biaya

FULL COSTING DAN DIRECT COSTING
Direct Costing  atau Variable Costing adalah  metode pembebanan biaya ke produk dimana hanya variable manufacturing cost saja yang dibebankan ke produk.
Full Absrorption Costing adalah metode pembebanan biaya inventory dimana seluruh manufacturing cost dbebankan ke produk yang terjual dan tersisa. 
Perbedaan kedua metode tersebut  terletak hanya pada komponen biaya FOH saja. Dalam Direct Costing, komponen DM, DL, dan Variable FOH dilaporkan dalam financial statement secara proporsional sebagaimana dalam metode Full Absorption Costing. Khusus untuk Fixed FOH, unsur biaya ini dalam Direct Costing akan dilaporkan selurunya dan tidak secara proporsional antara unit yang terjual dan unit yang belum laku. Hal ini berarti bahwa seluruh biaya Fixed FOH yang terjadi selama periode yang bersangkutan akan dilaporkan atau dibebankan seluruhnya (tidak ditanggung oleh produk yang belum terjual). Komponen fixed FOH akan diperlakukan sebagai beban periodik (period cost) untuk periode berjalan secara keseluruhan.

 Penentuan harga pokok persediaan

 Dengan adanya perbedaan pembebanan elemen biaya produksi (production cost) kepada produk antara metode full costing dengan metode variable costing, mengakibatkan pula perbedaan harga pokok persediaan. Pada metode full cosing, fixed FOH dibebankan ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu jika sebagian produk masih ada dalam persediaan atau belum terjual maka sebagian fixed FOH masih melekat pada harga pokok persediaan. Metode variable costing tidak membebankan  fixed FOH ke dalam harga pokok produk, akan tetapi fixed FOH langsung dibebankan ke dalam laba-rugi sebagai biaya periode. Oleh karena itu produk yang masih ada dalam persediaan atau belum terjual hanya dibebani biaya produksi variabel atau BOP tetap fixed FOH tidak melekat pada harga pokok persediaan.

Penyusunan Income Statement dengan Metode Full Costing dan Direct Costing
Income Statement - Full Costing


Income Statement - Direct Costing


Dalam hal perbedaan profit antara metode Full Absorption Costing dan Direct Costing, perbedaan tersebut disebabkan oleh hanya perbedaan atas Fixed FOH. Pada Full Absorption Costing, Fixed FOH dibebankan hanya sebatas jumlah unit yang terjual saja (COGS). Sementara itu, dalam Direct Costing, Fixed FOH dibebankan seluruhnya sejumlah unit yang dihasilkan pada periode berjalan
(COGM). Dengan demikian, perbedaan profit atas kedua metode tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Δ Operating Income = COGM – COGS
Δ OI = (Unit produced – Unit sold) x FOH-F perunit
Δ OI = (FG ending – FG beginning) x FOH-F perunit
Cost Volume Profit Analysis (CVP)          
    Cost Volume Profit Analysis (CVP Analysis) merupakan analisis hubungan antara biaya, kuantitas unit yang terjual, dan laba ketika salah satu variabel tersebut dimanipulasi untuk menghasilkan nilai variabel yang diinginkan. Dengan mengetahui hubungan antara ketiga elemen tersebut, manajer dapat menentukan target laba yang diinginkan atau menghitung besaran biaya guna maksimalisasi kinerja
perusahaan. Banyak keputusan bisnis yang dapat dihasilkan oleh manajer dengan menggunakan CVP analysis.

Persamaan 1  : (P x Q) = TFC + (VCU x Q) + Profit 
P = harga jual (selling price)
Q = kuantitas jumlah unit produk yang terjual (unit sold)
TFC = Total Fixed Costs
VCU = Variable Cost perunit
Profit = Operating Income (Profit)

Persamaan 2 : Contribution Margin (CM)
CM = TR – TVC
TR = TFC + TVC + Profit
TR – TVC = TFC + Profit

CM = TFC + Profit

TR = Total Revenue

Persamaan 3 : Contribution Margin per unit
CM = TR – TVC
CM = (P x Q) – (VCU x Q)

CMU = P – VCU

Persamaan 4 : Contribution Margin Ratio
CMR = CM : TR
Pada kondisi BEP, maka dapat dihasilkan persamaan sebagai berikut.
TR = TFC + TVC + 0
TR – TVC = TFC
CM = TFC

Kesimpulannya adalah  dalam kondisi BEP, maka Contribution Margin akan sama dengan Total Fixed Cost. Selanjutnya, untuk mengetahui Margin of Safety, perlu digambarkan terlebih dahulu garis TR dan garis TC dalam sebuah sumbu cartesius



RESUME: Pricing decision and Cost Management

A. Faktor utama yang mempengaruhi Pricing Decision Manajer menentukan harga suatu produk berdasarkan permintaan dan penawaran di pasar. ...